GENRE : THRILLER, DRAMA
SINOPSIS
Apa yang menarik dari menonton film perang? Hanya terdengar tembakan dan ledakan sepanjang film. Untuk itulah unsur drama selalu disisipkan, entah itu tentang keluarga si tentara, atau persahabatan yang terjadi di antara para militer. Menit-menit pertama memasuki cerita, film ini langsung menyuguhkan musik khas opera Jepang, seperti musik pemanggil roh seolah pertanda kita akan disuguhkan sesuatu yang buruk. Penaklukan Kota Nanjing (Ibukota China waktu itu) dituangkan ke dalam film CITY OF LIFE AND DEATH (judul asli Nánjīng! Nánjīng!). Lokasi “penampungan” (Nanking Safety Zone) untuk masyarakat sipil mendominasi cerita.
Peristiwa yang lebih dikenal dengan The Rape of Nanking yang terjadi pada awal tahun 1938 ini, tercatat sebagai pembantaian terburuk yang pernah terjadi, bahkan ada sejarawan yang menganggap peristiwa ini lebih kejam dari Holocaust, yang menjadi pengingat masyarakat dunia akan yang namanya genosida. Konon, Jepang sampai hari ini belum pernah meminta maaf secara resmi atas perlakuannya tersebut bahkan membuat peristiwa ini seolah-olah tak pernah ada agar perlahan-lahan bisa dilupakan.
Mengapa peristiwa ini bisa disejajarkan dengan Holocaust? Holocaust yang terjadi selama tiga tahun memakan korban sekitar 10 juta jiwa, sedangkan The Rape of Nanking ini hanya terjadi kira-kira dua bulan dengan korban kurang lebih 300.000 jiwa. Untuk informasi lebih jelas mungkin Anda bisa membaca buku The Rape of Nanking karya mendiang Iris Chang . Kisah Kakek dan Neneknya yang menjadi korban perang menjadi dorongan untuknya, merasa harus mengumpulkan banyak fakta dan membuktikan bahwa peristiwa ini pernah benar-benar terjadi.
Ada beberapa karakter utama, yang tentu saja bukan manusia yang diada-adakan karena mereka adalah pelaku sejarah yang satu ini. Lu Jianxiong, seorang masyarakat sipil yang terpaksa berperang, dia meninggal karena ditembak dengan penduduk lainnya. Pembantaian mereka terjadi dekat pantai, jadi ada dua pilihan dengan satu takdir yang sama : mati tertembak atau lari ke laut menghindari tembakan. Itu hanya salah satu cara, ada yang dikubur hidup-hidup, diledakkan bersama-sama di dalam sebuah rumah.
John Rabe, adalah pihak ketiga, seorang relawan berkebangsaan Jerman (Jerman-Jepang sedang dalam proses bersekutu waktu itu) ditemani beberapa orang Eropa lainnya berusaha melindungi masyarakat sipil yang selamat, yang terkumpul di Zavetiy Zone. Bahkan ada pula film yang menceritakan pembantaian Nanking dari sudut pandang Mr. Rabe dengan judul The Story of John Rabe (2009). Mr. Rabe dibantu Mis Jiang. Mr. Tang dan beberapa masyarakat sipil lainnya berusaha memperjuangkan keselamatan saudara mereka.Tentu saja, mereka tak bisa berbuat banyak, para perempuan diperkosa dengan semena-mena oleh tentara Jepang walau pihak Jepang sendiri telah menyediakan beberapa pelacur dari Jepang untuk memuaskan hasratmereka. Namun sebagaimana kita ketahui, pemerkosaan dalam perang tak melulu persoalan seks, ini mengenai menciptakan psikologis korban perang, seolah-olah mereka budak yang tak kuasa berbuat apa-apa. Miss Jiang dan teman-teman akhirnya mengambil keputusan berat dengan menyuruh seluruh perempuan untuk memotong pendek rambut mereka dan tak perlu berdandan agar mereka lebih dikira lelaki. Namun usaha tersebut tentu saja tidak berhsail untuk melindungi para perempuan, Xiao Jiang adalah salah satu perempuan yang tewas karena telah over-seks digauli oleh banyak tentara Jepangsecara bergantian, kemudian digelondong begitu saja seperti barang saat dia dan beberapa perempuan lainnya tak bernyawa lagi.
Sementara di pihak Jepang ada Kadokawa, yang baru terjun ke medan perang, terkejut dengan semua yang terjadi namun apa yang bisa dilakukannya, dia hanya tentara biasa yang wajib melaksanakan perintah dari atasannya. Kadokawa adalah tokoh yang cukup menarik bagi saya, dia beberapa kali menjadi pintu kompromi antara pihak tentara Jepang dengan masyarakat sipil setempat. Bahkan saat dia menari dengan teman-temannya merayakan kemenangan, ekspresinya masih terlihat mempertanyakan semua yang telah diperbuatnya. Kadokawa pada akhir film malah bunuh diri, menembak dirinya karena melepaskan seorang lelaki dan seorang anak kecil (Xiao Douzi) dalam keadaan hidup. Tak ada yang tahu, apakah dia bunuh diri selayaknya samurai karena telah berkhianat pada negaranya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar