GENRE : HORROR, SCI-FI
SINOPSIS :
Dari judulnya kita sudah bisa melihat bahwa film ini punya cerita yang berbasis dari kisah legendaris tentang Victor Frankenstein yang sanggup menghidupkan kembali manusia yang telah mati, dan dengan adanya kata "army" pada judulnya pasti para calon penonton sudah bisa mengira-ngira bahwa film mocku-horror ini akan menyajikan terornya dari para pasukan orang mati yang dibangkitkan kembali. Jadi apakah Frankenstein's Army merupakan film zombie? Mungkin ada unsur serupa yang tersaji disini, namun Frankenstein's Army punya beberapa hal yang sanggup membedakannya dengan film-film mockumentary lain atau film-film bertemakan zombie yang ada pada umumnya. Filmnya sendiri ber-setting pada masa perang dunia kedua dimana hal itu sudah memberikan keunikan mengingat sebelumnya mungkin tidak ada film mocku-horor yang mengambil waktu pada masa perang dunia. Kita pun akan dibawa mengikuti perjalanan para tentara Rusia yang tengah menjalankan misi mereka menerima sebuah panggilan radio berisi permintaan tolong yang diduga berasal dari para pasukan Rusia lain yang tengah menjalankan misinya.
Pada akhirnya mereka memilih untuk mencari asal panggilan radio tersebut dan sampailah mereka di sebuah kota kecil misterius yang tidak berpenghuni. Disitulah mereka akan menemui teror tak terduga dari sekumpulan monster-monster pembunuh berbentuk aneh dan menyeramkan buatan Dr. Frankenstein. Usai menonton film ini saya pun mulai bertanya-tanya tentang alasan penggunaan teknik mockumentary dalam film ini. Teknik tersebut digunakan untuk menguatkan kesan nyata dan realistis dalam sebuah film, dan untuk horor hal tersebut bisa membuat tingkat kengerian makin berlipat ganda disaat penonton merasa terornya adalah sesuatu yang nyata. Tapi kasus yang terjadi pada film ini justru akan membuat filmnya semakin tidak terasa realistis dan nampak konyol. Bagaimana tidak? Sebuah mocku-horror di era perang dunia kedua dimana teknologi kamera masih sangat sederhana bagaimana bisa menyajikan gambar yang begitu jernih seperti apa yang tersaji disini? Bahkan usahanya menambahkan beberapa efek kamera jadul tetap tidak membuat film ini terasa nyata.
Jadi untuk apa membuat sebuah mockumentary jika tidak mampu memberikan kesan bahwa apa yang tersaji di layar merupakan kejadian nyata? Di era dimana film-film mocku sudah tidak lagi bisa membuat penonton "tertipu" seperti saat The Blair Witch Project dulu, Frankenstein's Army justru terasa sebagai sebuah usaha yang terlalu dipaksakan untuk membuat sebuah mockumentary. Saya pun akhirnya merasa penggunaan teknik found footage dalam film ini bukan dimaksudkan untuk menambah tingkat kengerian dan memberikan kesan nyata pada penonton tapi lebih untuk mengakali keterbatasan bujet yang dimiliki oleh film ini. Dengan teknik seperti ini, wajar saja jika kamera tiba-tiba bergerak liar ataupun berpaling dari sautu arah secara tiba-tiba saat ada momen yang menyeramkan. Hal tersebut memang mempermudah trik kamera yang dipakai untuk mengakali keterbatasan bujet pada spesial efeknya. Namun hal tersebut justru seringkali membuat ketegangan dan keasyikan saya menonton film ini berkurang. Beberapa momen gore ataupun penampakan mosnter yang jadi daya tarik utama film inipun jadi sering tidak tampil maksimal karena teknik kameranya yang kurang fokus.
Dengan teknik mockumentary yang tidak berhasil dan tingkat keseraman yang begitu minim apakah ada nilai positif dari film ini? Jawabannya ada. Seperti yang sebelumnya saya singgung bahwa momen gore dan sosok monster yang ada merupakan daya tarik utama dari film ini. Frankenstein's Army mungkin bukan film paling gila dalam menyajikan banjir darah atau potongan tubuh yang berhamburan, tapi setidaknya apa yang ditampilkan oleh film ini sudah menjadi hiburan yang cukup menyenangkan, entah itu disaat monster ciptaan Frankenstein membantai para prajurit Rusia dengan sadis atau disaat sang dokter tengah melakukan eksperimennya yang melibatkan prosedur operasi dan pengangkatan otak manusia. Dengan banyaknya otak dan usus yang terburai disini saya pun tetap bisa merasa terhibur meski tensi ketegangan ataupun kengeriannya begitu minim. Namun aspek terbaik dalam film ini adalah desain monster-monster ciptaan Frankenstein. Disaat saya sudah tidak tertarik mengikuti ceritanya dan menyerah untuk menunggu dibuat tegang, film ini tetap membuka rasa penasaran saya tentang monster macam apa yang akan muncul selanjutnya. Frankenstein's Army seolah tidak pernah kehabisan ide dalam membuat jenis-jenis monster yang punya desain unik sekaligus menyeramkan disini.
Secara keseluruhan sesungguhnya film ini punya tingkat kreatifitas yang cukup tinggi dan dipenuhi hasrat yang besar untuk membuat sesuatu yang berbeda dan begitu unik. Pada akhirnya memang tidak semua hal itu berujung pada keberhasilan, apalagi mengingat kemasan mockumentary yang pointless serta kegagalan film ini dalam memberikan teror mencekam pada penontonnya. Namun dengan konten gore yang cukup eksplisit dan desain monster yang begitu unik dan memanjakan mata, Frankenstein's Army tidak berakhir menjadi sebuah tontonan yang sepenuhnya buruk dan masih bisa saya nikmati sekedar untuk menghabiskan waktu luang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar